Sabtu, 26 Maret 2011

BANTUAN KEUANGAN TAMBAHAN PENGHASILAN TETAP KEPADA KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA TAHUN 2011


 Perangkat Desa dapat berlega hati dengan adanya penambahan bantuan keuangan tambahan penghasilan untuk tahun 2011 ini. Berdasarkan Keputusan Bupati nomor 22 Tahun 2011 tentang pemberian bantuan keuangan tambahan penghasilan tetap kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa Tahun 2011 disebutkan bahwa Kepala Desa menerima Rp 1.265.000 tiap bulannya, Sekdes non PNS sejumlah Rp 770.000/bulan dan perangkat desa lainnya menerima Rp 620.000/bulan.

Namun tambahan penghasilan ini belum dapat dicairkan karena masih dalam proses administrasi. Menurut Agus Mursito, Sub bagian Administrasi dan Kekayaan Desa pada Bagian Pemdes Setda Kabupaten Wonogiri dalam rapat koordinasi dengan camat se-Kabupaten Wonogiri, Rabu (23/3) bertempat di ruang data Setda Kabupaten Wonogiri menyampaikan beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk proses pengajuan permohonan pencairan adalah penetapan APBDes, SK Kepala Desa tentang penetapan nama-nama penerima bantuan, permohonan dari Kepala Desa, syarat pernyataan pertanggungjawaban mutlak dan rekomendasi dari Camat. ”Di tahun 2010 kemarin bantuan keuangan tambahan penghasilan diterima oleh perangkat desa di bulan Mei” ungkap Agus. Diharapkan untuk desa yang belum mengajukan permohonan pencairan agar dapat segera mengajukan dengan syarat-syarat tersebut di atas.

Dalam acara tersebut juga disampaikan tentang jadwal pelaksanaan Nggugah Desa yang akan mulai dilaksanakan pada tanggal 7 April bertempat di Desa Songbledek Kecamatan Paranggupito dan Desa Pucanganom Kecamatan Giritontro.

Jumat, 25 Maret 2011

PETANI WONOGIRI DIHIMBAU BERALIH KE PERTANIAN ORGANIK


Gb. H. Danar Rahmanto (Bupati Wonogiri)

Sebagai salah satu implementasi program Bali Desa Mbangun Desa dan upaya untuk merevitalisasi bidang pertanian di Kabupaten Wonogiri, Pemerintah Povinsi Jawa Tengah memberikan bantuan mesin hand traktor, teknologi pakan ternak, dan alat pengolahan pupuk organik. Penyerahan bantuan Gubernur secara simbolis berupa mesin hand traktor dilakukan oleh anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah Subandi PR, S.Pd kepada Kelompok Tani Sumber Rejeki, Dukuh Sumberejo, Desa Purworejo, Wonogiri, disaksikan Bupati Wonogiri H. Danar Rahmanto, Rabu (23/3).

Menurut Subandi, diversifikasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan mengembangkan teknologi pertanian yang tepat guna merupakan hal penting yang perlu mendapatkan perhatian, karena pertanian merupakan salah satu bidang unggulan di Kabupaten Wonogiri. “Sejauh ini, masyarakat yang masih menggunakan pupuk urea dalam pertanian, kami ajak agar menggunakan pupuk organik yang diproduksi sendiri. Dengan teknologi baru yang kita ajarkan, pupuk organik nanti bahan bakunya berasal dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Selain mahal, pupuk kimia juga menyebabkan pertanian mudah diserang wereng.”

Selain pupuk organik, juga akan dikembangkan pembuatan pakan ternak dari sisa pertanian. Bonggol jagung, kulit ketela pohon, onggok atau ampas pati, jerami, kelobot, janggel, serta buah-buahan busuk akan diolah dengan teknik tertentu untuk dijadikan bahan pakan ternak. “Idealnya, kalau pakan ini jadi, masyarakat kalau ingin memberi makan sapi atau kambing, tidak perlu ngarit (mencari rumput).”

Subandi sudah melakukan percobaan pembuatan pakan ternak ini. Dari pemeliharaan 44 ekor kambing yang terdiri dari 4 kambing jantan dan 40 kambing betina, dengan pakan yang dihasilkannya, sampai Maret tahun ini kambing tersebut sudah berjumlah 80 ekor lebih.
Bupati Wonogiri sendiri menekankan pentingnya untuk memanfaatkan teknologi dalam bertani, dimulai dari pengolahan tanah yang baik, pemilihan bibit unggul, serta pemberian pupuk dan obat-obatan anti hama dengan bijaksana kepada para petani. “Akan lebih baik, jika petani di Kabupaten Wonogiri mulai melakukan budi daya pertanian organik, yaitu meninggalkan pupuk dan obat-obatan kimia,” katanya.

Menurut Bupati, ada beberapa keuntungan yang dapat dipetik petani dari budidaya pertanian organik, yaitu produk pertanian yang sehat, pengolahan lahan yang ramah lingkungan, dan nilai jual hasil pertanian organik yang jauh lebih baik. Terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai ekonomis produk pertanian organik dan non-organik, berkisar antara 5-10 %, terlebih ketika produk pertanian organik saat ini mulai dilirik pasar premium karena alasan kesehatan. “Ini merupakan peluang emas yang harus ditangkap petani Wonogiri,” tegasnya.